JAKARTA – Bank Jakarta yang sebelumnya bernama Bank DKI kembali mengalami serangan siber. Akibatnya, sistem pembayaran Bank Jakarta mengalami transaksi anomali hingga Rp200 miliar.
Serangan ini sudah dikonfirmasi Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Ivan Yustiavandana. “Iya, kami sudah bekukan semua rekening terkait sejak awal,” ujar Ivan dikutip Senin (20/10/2025).
Bahkan, sambung Ivan, serangan itu sudah terjadi sejak 2024 lalu. Untungnya, PPATK menyebut telah memblokir seluruh rekening yang menampung dana hasil pembobolan rekening tersebut.
Sementara itu, Bagian monitoring Bank Jakarta menyadari adanya penurunan saldo BI Fast secara drastis. Penurunan saldo itu diketahui tidak berdasarkan pada perintah Bank Jakarta sebab tidak ada log sistem dan pendebetan pada core banking mereka. Namun, pihak Artajasa selaku penyedia infrastruktur BI Fast menginformasikan adanya perintah kredit transfer dari Bank Jakarta.
Adapun, transaksi anomali itu terjadi sebanyak 807 kali dengan total nilai transaksi Rp227,1 miliar. Namun, transaksi yang tercatat di core banking Bank Jakarta sebesar Rp18,721 miliar. Nilai ini juga berbeda dengan log sistem yang mencatat settlement transfer sebesar Rp245,8 miliar.
Di pihak lain, pihak Bank Jakarta sejauh ini belum memberikan tanggapan atas kejadian ini. Direktur Utama Bank Jakarta, Agus Haryoto Widodo, sebelumnya menyampaikan klarifikasi tentang gangguan sistem layanan pada 8 April 2025. Agus mengatakan, gangguan disebabkan aktivitas pemulihan sistem yang dilakukan Bank Jakarta sepanjang periode libur Lebaran 2025.